Thursday, 6 June 2013

ANAK LAMPU MERAH


saat mentari menyala di atas kepala
terlihat sosok anak kecil yang tiada tawa
sembari lambaikan koran setinggi kepala
berteriak menyusuri jalan raya
langkah kakinya menjadi sebuah irama
dari goresan sendal yang tinggi sebelah

siapa dia sebenarnya ?? …..
tak ada yang tahu darimana asalnya
bahkan tak ada yang tahu siapa orang tuanya
kecuali ia yang bersembunyi dibalik topeng-topeng durjana
yang menyuruh si kecil untuk bekerja
menerjal kejamnya kehidupan kota 

sakit, sudah pasti ia alami
susah, sudah pasti ia jalani
kelam, sudah pasti ia lalui
tapi air mata tak pernah membasahi pipi 

aku sudah pasti tak tahu namanya
tak tahu pula dimana tempat tinggalnya
dan aku hanya bisa memanggil dan menyapanya
dengan sebutan anak lampu merah
karena ia habiskan waktu bermainya untuk bekerja di bawah lampu merah 

bangunlah dan mulai melangka
wahai sang kecil masa depan bangsa
dobraklah congkaknya dunia
tunjukan padanya bahwa sebenarnya kamu bisa
walaupun kini kau berjalan menyusuri lampu merah
tapi engkaulah yang akan lumpuhkan dunia
dengan cita-cita yang membara

SAAT CINTA TELAH PERGI



Indahnya senja ini, Seakan mengusir kesedihan
namun sebentar lagi akan pergi dan malam pun datang menemani
menterjemahkan kelamnya di ufuk biru, menghantarkan insan pada mimpi-mimpi   
senandung ombak dilautan semakin menambah kerinduan dalam hati yang terpendam
tiupan angin terhempas perlahan di dalam jiwa yang sepi
ku ukir langit dengan bayang-bayang, ku pahat bintang dengan angan-angan

kucoba jalani hari-hari meski hanya sendiri
untuk mengenang masa2 kecil ku dulu, saat aku belum mengenal cinta
waktu pun telah berlalu, tetesan air mata membasahi pipi, karena sepi selalu menyelimuti
 adakah angin gunung, adakah angin padang yang mendengar suara hati
dan membebaskan ku dari belenggu sepi

dalam gelapnya malam, ditemani dengan hiasan bintang gemintang
wajah mu terpancar indah, menepis bayang-bayang kelam
aku pun teringat akan masa-masa indah bersama mu, akan masa yang tak akan pernah bisa terlepas dari memori kehidupan ku.

Masih tergambar jelas, senyuman manis dari bibir indah mu, saat pertama kali kita bertemu
Senyuman itulah yang telah menyentuh jiwa ku,
Senyuman itulah yang telah melumpuhkan logika ku
Senyuman itu pula yang telah meluluhkan hati ku
Hati yang selama ini beku dan selalu memalingkan diri dari cinta
Kau lah yang membuat hari2 ku berwarna, kaulah yang menjadikan hidup ku lebih bermakna
Dan engkaulah yang membuat aku mengerti arti cinta.

Tapi kini...... aku telah kehilangan mu, kehilangan cinta mu, kehilangan kasih sayang mu
Bahkan tak akan pernah lagi kudengar aksara mu,
yang tiap baitnya pancarkan senandung kemesraan 
masih teringat jelas di mata ku saat kau menangis dalam pelukan
mendekap erat-erat tubuh ini dan bersandar di bahu ku saat melihat hiasan malam bernyanyi di balik langit yang membisu

dulu ku berharap mencintai mu adalah hal yang terakhir untuk ku
aku berharap engkaulah orang yang menemani saat ajal tiba menjemputku
namun, saat aku terbuai oleh cinta dan kasih sayang mu
takdir pun tak lagi berpihak kepada ku, engkau harus pergi tinggal kan ku lebih dulu

masih terdengar jelas kata-kata yang terucap dari bibir tipis mu
jika engkau ingin kita bersama, mengukir sebuah cerita indah tentang cinta, mengarungi samudra demi cita-cita, melumpuhkan dunia dengan semangat yang membara

tapi ...... disini aku masih berlayar dengan bahtera,
sedangkan engkau sudah menginjak di dermaga sang kuasa
namun aku yakin kita akan bertemu di dermaga yang sama

tuhan... aku tahu ini takdir mu yang tak akan pernah bisa ditolak oleh seluruh insan
aku tahu ini kehendak mu yang tak akan bisa ditawar 
tapi izinkan aku untuk mendengar lagi sifoni cinta darinya, mendekap erat tubuhnya
dan mengusap air matanya dengan ketulusan, walau hanya lewat mimpi